Langsung ke konten utama

Dong Ayo ke Rinjani!

Potret Danau Segara Anak dan Gunung Baru Jari dari Puncak Rinjani 3.726 Mdpl
Pena Rinjani - Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pesona alam yang satu ini sudah tersohor hinggga ke mancanegara. Keindahan alam, jalan yang terja, perjalanan menuju puncak yang menantang dan adanya Danau (Segara Anak) tepat di tengah-tengah gunung menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan dengan keindahan dan keunikannya itulah, Gunung dengan ketinggian 3.726 Mdpl itu masuk daftar Nominasi Geopark Dunia oleh UNESCO tahun 2016. Jadi tidak ada keraguan bagi traveler untuk memasukkan Gunung Rinjani sebagai daftar wisata yang wajib dikunjungi.

Untuk mendaki Gunung Rinjani bisa ditempuh melalui tiga jalur, yakni jalur Senaru, Torean dan jalur Sembalun. Ketiga jalur tersebut sama-sama menantang, indah dan mempunyai keunikan tersendiri. Bagi anda yang ingin langsung ke Puncak, anda bisa menempuh jalur Sembalun. Namun perjalanannya sedikit panjang dan panas. Tapi jika anda ingin terlebih dahulu menuju Segara Anak anda bisa menempuh jalur Senaru dan Torean. Rute tersebut lebih dekat dengan Segara Anak. Jalur senaru tanjakannya tanpa jeda, namun lebih teduh karena anda akan melewati hutan. Sedangkan pada jalur Torean perjalanannya tidak begitu menantang. Jalur ini biasa dilewati oleh pengunjung dengan usia renta dan anak-anak. Dan tim Pena Rinjani berhasil menaklukan jalur Sembalun.

Yang perlu kita ketahui, sebelum mendaki ada beberapa hal yang wajib dipersiapkan. Pertama, tenda, sleeping bag, jaket tebal, kaos tangan dan kaos kaki, sepatu, penutup kepala serta selimut dan sejenisnya. Semua itu disiapkan untuk melindungi tubuh dari terpaan angin Gunung Rinjani yang dikenal sangat dingin. Kedua, obat-obatan, bekal makanan yang terdiri dari beras, lauk atau mi instan, alat memasak, air minum, snack, dan makanan ringan lainnya. Itu dibawa dengan jumlah yang banyak tergantung berapa lama kita akan menginap. Namun kami sarankan jangan membawa barang berlebihan, sebab itu akan menyulitkan anda di perjalanan.

Penting juga, jika anda ingin menapaki kaki di Gunung Rinjani, jangan pernah berpikir untuk pergi sendirian. Jika pergi usahakan berkelompok. Sebab akan sangat sulit jika kita mendaki sendirian, karena di perjalanan atau di lokasi berkemah kita pasti saling membutuhkan. 

Beberapa waktu yang lalu menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan traveling kami. Sekitar pukul 8.00 wita kami pun tiba di Sembalun, tepatnya di Bawak Nao yang menjadi pintu gerbang menuju wisata yang selalu didambakan oleh pencinta wisata extrim itu. Namun sebelumnya, kami harus membeli tiket masuk seharga Rp 5000 per malam di pos Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Dengan membeli tiket, berarti kita sudah terdaftar sebagai pendaki resmi. Dan segala resiko perjalanan / kecelakaan akan di urus oleh petugas TNGR. Itu juga masuk dalam kas daerah.

Sebelum memulai perjalanan tim doa bersama agar diberi keselamatan di perjalanan hinga kembali. Berdoa selesai, dengan rasa penasaran dan tegang, kami pun memulai perjalanan. Cuaca kaki Gunung Rinjani kala itu cukup panas. Namun udara dingin seolah menaungi kami. Perjalanan kami baru sampai sekitar 800 meter, pemandangan serta udara segar mulai disuguhkan alam. Hutan teduh seolah menyambut kami dengan gembira. Di sini kita dapat istirahat sejenak sebelum menlanjutkan perjalanan. Usahakan jangan tergesa-gesa, berjalan santai tapi pasti agar tenaga anda tetap setabil. Maklum, dari Sembalun hingga Segara Anak perjalanannya mencapai 10.5 km. Cukup jauh bukan? Tapi itu akan terasa dekat dengan suguhan alam mempesona sepanjang jalan.

Hutan rindang nan hijau itu pun kami lalui, hingga langkah kaki mulai memasuki suasana jalan baru. Di depan mata terhampar padang ilalang nan hijau. Jalur pun mulai sedikit menanjak. Berlahan tenaga mulai dikuras. Air yang tadinya di dalam keril/tas mulai di keluarkan untuk membasahi kerongkongan yang mulai mengering. Tapi perjalanan tim harus tetap dilanjutkan. 

Tim kami terdiri dari 7 orang, dimana satu orang tidak membawa beban sama sekali. Hal itu sengaja kami lakukan sebagai antisipasi, apabila nantinya teman yang lain sudah tidak kuat lagi menopang beban yang dibawa. 

Beberapa Porter saat memikul barang-barang tamu mendaki Gunung Rinjani
Dan benar saja, perjalanan baru sampai 1 km, satu teman kami mulai keram. Kami pun berhenti sejenak untuk mengobatinya. Keril dengan berat 30 kg yang duduk di punggungnya itu pun harus pindah tangan pada teman kami yang telah kami persiapkan tadi. Tak sampai 3 menit, perjalanan kami lanjutkan kembali meskipun setiap 20 meter kami harus beristirahat. Namun udara dingin dan pemandangan menawan seolah menjadi penawar bagi tubuh yang sudah mulai lelah. Hal yang sama dirasakan oleh pendaki lainnya. Ingat, dalam perjalanan jangan saling meninggalkan!

“Waduh, perjalanannya sangat berat mas,” kata Iswanto, asal Surabaya, saat ia menghampiri  tim kami untuk beristirahat.

Iswanto datang bersama istri dan kedtiga anaknya. Dua anaknya berusia sekitar 8 dan 10 tahun. Yang menarik, satu anak bungsunya yang baru berusia 3 tahun juga ia bawa mendaki. Tentunya, Iswanto  yang berprofesi sebagai TNI itu mendaki dengan menggendong si kecil. Bukan tanpa alasan, ketiga anaknya dibawa untuk memperkenalkan mereka pada alam. 

“Ini juga kali ketiganya saya mendaki Rinjani, tapi bedanya kali ini bersama keluarga” tuturnya sambil menghapus keringat.

Karena lumayan lama beristirahat, kami pun meninggalkan keluarga bahagia itu. Perjalanan terus menguras tenaga. Dan pada akhirnya kami sampai di Pos pertama dengan ketinggian 1.523 Mdpl. Perjalanan dari Sembalun hingga ke Rinjani terdapat tiga Pos. Setiap posnya berjarak sekitar 2 sampai 3 km dan terdapat beberapa bangunan losmen tempat beristirahat.  

Di pos pertama kita dapat beristirahat dengan nyaman sambil memakan makanan ringan yang kita bawa. Lumayan untuk menambah tenaga pada perjalanan selanjutnya. Di pos pertama juga kita dapat bercengkrama dengan pendaki lainnya. Tidak ada rasa sungkan antara pendaki, suasana cair dan sesekali saling bertukar makanan dan minuman. Asik bukan?

Tenaga sudah pulih, Tim Pena Rinjani pun kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini jalur yang ditawarkan lebih menantang dari sebelumnya. Namun masih dengan pemandangan yang tak jauh berbeda, hanya saja puncak Rinjani semakin terlihat jelas. Udara semakin dingin dan menggerogoti tubuh yang mulai lesu. Namun itu bisa kita atasi dengan membuat lelucon besama teman pendaki lainnya. Di perjalanan ada yang bercerita lucu, ada juga yang bercerita sedih. Namun cerita lucu dan sedih tetap membuat kami tertawa terbahak. Ketawa dapat membuat tubuh terasa hangat, meskipun itu membuat perut terasa keroncongan. Tapi perut tetap mendapat tawaran makanan dari pendaki lainnya. Ada yang membawa makanan khas asal derah mereka dan ada pula yang membawa bekal yang dibuat oleh keluarga masing-masing. Pokoknya, meski lelah dijamin anda tetap merasa riang.

Di pertengahan perjalanan menuju  pos dua, kita juga akan banyak berpapasan dengan pendaki yang turun gunung. Sesekali mereka menyapa sambil memberi kata “semangat”.

Waktu menujukkan pukul 13.00 wita lebih, kami pun sampai di pos dua. Nah, di pos dua kita dapat beristirahat kembali sambil menunaikan shalat zuhur. Di pos dua juga kita bisa menambah persiapan air minum. Di sana terdapat sumber mata air. Tapi anda harus rela mengantre dengan pendaki lainnya. Di pos dua juga anda dapat beristirahat, merebah tubuh pada bangunan yang sudah disiapkan sambil menghirup udara segar. Bagi anda yang ingin menambah setamina, di pos dua lah tempat yang tepat untuk sekedar merebus mi intan, minum kopi atau memakan makanan berat lainnya.

Sembari beristirahat, di pos dua kami melihat pemandangan berbeda. Namun kali ini bukan pemandangan dari alam. Wajan dan sendok penggorengan  beradu sehingga menimbulkan suara yang menarik perhatian  siapa saja. Ternyata, suara itu datang dari aktifitas para Porter Gunung Rinjani. Mereka sedang sibuk memasak untuk tamu-tamunya. Tamu didominasi oleh tamu mancanegara / bule. Masakan ala barat disertai daging dan buah dengan penataan menarik di atas piring, mampu disajikan dengan sempurana oleh sang porter. Mereka biasa dibayar Rp. 175 – 200 ribu per malam untuk membawa seluruh kebutuhan makanan dan perlengkapan mendaki tamu. Jumlah uang yang lumayan banyak

Setiap tamu bisa menginap hingga satu minggu di Gunung Rinjani. Namun tentu  ini bukan pekerjaan mudah. Pasalanya, beban yang mereka bawa cukup banyak. Satu tabung gas seberat 3 kg, kompor, beras, bahan makanan, serta perlengkapan mendaki lainnya harus mereka pikul di pundaknya menggunakan keranjang yang sudah ditata sekian ruap. Total beban yang biasa mereka pikul yakni 30-50 kg.
Beberapa Porter sedang berada di perjalanan menuju Puncak Rinjani sembari membawa barang tamu
Saat para porter telah berkemas dan akan melanjuti perjalanan, kami mencoba mengangkat beban salah satu porter tersebut. Benar saja, beratnya tergolong tidak wajar untuk di bawa mendaki ke Gunung Dengan ketinggian 3.726 Mdpl itu. Para pekerja tangguh itu pun sebenarnya menyadari akan berat dan bahaya atas apa yang dilakukannya itu. Namun keluargalah yang menjadi semangat mereka.
 “Hanya anak-anak saya yang mampu membangkitkan semangat saya,” kata Hirman, salah satu Porter. 
Ia juga bercerita, memang hasil yang didapatkan dari pekerjaannya itu cukup besar. Dalam sebulan ia bisa mengantongi uang minimal Rp 4 juta. Tapi tak jarang teman-teman seprofesinya harus terpapar di rumah sakit dan muntah darah. “Inilah resiko pekerjaan kami,” pungkasnya.

Bersama teman-temannya, Hirman pun melanjutkan perjalanan. Dengan kaki lincah ia melibas jalur terjal yang terhampar di depan mata. Saat para traveler kelelahan di perjalanan, justru para porter itu berlari menaiki gunung.

Tak mau kalah dengan porter-porter tangguh tersebut, kami pun ikut bergegas dan melanjutkan perjalanan. Sekitar lima ratus meter dari pos dua, bunga edlweis atau lebih dikenal dengan bunga abadi, sudah mulai terhampar menghilangkan rasa lelah. 

Petualang sejati adalah mereka yang menikmati dan mencintai alam. Oleh sebab itu, adalah hal wajib bagi setiap pendaki untuk menjaga alam, seperti tidak memetik bunga abadi tersebut. Di Gunung Rinjani, bunga edlweis merupakan salah satu tumbuhan yang dilindungi. Jadi jangan petik sembarangan, ok!

Setelah perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya kami tiba di pos tiga dengan ketinggian 1.800 Mdpl. Kami sarankan, jika anda sampai di pos tiga, maka anda harus berisirahat. Tambah persiapan air pada mata air yang tak jauh dari persingggahan. Makan makanan yang bisa mengenyangkan dan menambah energi. Pasalnya, dari pos tiga hingga Pelawangan, kita akan disuguhkan jalur yang sangat terjal. Jalur inilah yang sering disebut Bukit Penyesalan. Julukan itu memang pantas disematkan untuk jalur itu. Anda harus datang langsung dan merasakan betapa menantangnya jalur itu. Di pos tiga ini pula, banya pendaki yang lebih memilih bangun tenda, mempersiapkan tenaga super guna menaklukkan Bukit Penyesalan. Dikatakan bukit penyiksaan karena anda harus melewati sembilan bukit dengn jalur terjal dan ekstrim.

Meski demikian, kami satu tim sepakat untuk melanjutkan perjalanan menuju Pelawangan. Keputusan itu kami ambil karena waktu dan tenaga masih mendukung. Dan sekitar pukul 14.20 wita, kami mulai bernajak dari dari pos tiga untuk melanjutkan perjalanan. Dan benar saja, jalur terjal sudah mulai tampak soalah menantang kami untuk menaklukkannya. Belum sampai 100 meter, kami kembali mencari tempat aman untuk beristirahat. Sementara porter-poter tangguh itu sesekali menyapa sembari mengajak kami untuk melanjutkan perjalanan. Kami pun tak mau larut dalam istirahat, Bukit Penyesalan itu kempali kami lawan. Namun tak lama tenaga kami kembali lesu. Ia benar, kami kembali beristirahat. Mungkin anda sedikit tersenyum dan menganggap kami berlebihan saat membaca artikel ini. Namun itulah keadaan sebenarnya di lokasi. 

Menghisap madu guna menambah setamina, kami kembali melanjutkan perjalanan. Debu, jalur terjal dan licin, ilalang dan ranting pohon yang rapuh seolah tidak mendukung niat kami untuk menaklukkan Bukit Penyesalan itu. Kami tak mau kehilangan akal, di sana kami mulai memanfaatkan fungsi tim untuk saling menuntun.

Di jalur ini seolah tak ada orang tangguh, pendaki mancanegara yang dikenal kuat pun keok di perjalanan. Maka tak jarang kita menemukan para pendaki melepas lelah dengan cara berbaring di tengah jalan. Sementara udara dingin terus meningkatkan suhunya. Dan kejadian yang tak diharapkan kami temui. Hujan lebat menerjang para pendaki yang sudah mulai kelelahan. Di sana lah sempat terlontar di benak kami sebuah penyesalan mendaki gunung berapi yang sering menyemburkan abu vulkaniknya itu. Tak ada tempat berteduh selain terus menantang jalur. Hamparan pohon cemara tak mampu melindung kami dari terpaan air hujan. Tapi kami beruntung, hujan tak berlangsung lama. Namun itu sudah pun mampu membuat bibir kami biru dan gemetar kedinginan.

Dari pos tiga, kami tak dapat menghitung seberapa banyak waktu yang kami buang untuk beristirahat sepanjang jalan. yang jelas, pada pukul 16.00 wita kami baru melewati 5 bukit dan masih jauh dari Pelawangan. Tak ada pilihan selain melawan lelah dan terus melanjutkan perjalanan. Sesekali kami menoleh ke belakang sambil menikmati pemandangan lepas menuju jalan yang sudah kami tapaki. Indah memang indah, pemandangannya mampu mereda lelah.

Setelah melewati perjalanan panjang, akhirnya pukul 18.15 wita kami tiba di Pelawangan. Pelawangan atau Lawang yang dalam bahasa Indonesia berarti pintu masuk. Pelawangan dengan ketinggian 2.708 Mdpl itu merupakan dataran cukup luas untuk membangun tenda. Pelawangan juga bisa dikatakan sebagai pos terakhir. Dari Pelawangan kita bisa melepas lelah, menikmati pesona Gunung Rinjani. Dari Pelawanan juga kita dapat melihat Segara Anak dan Gunung Baru Jari dengan jelas.

Selanjutnya, saat di Pelawangan kita bisa memilih dua pilihan, yakni pergi ke Segara Anak dengan jalur menurun atau mendaki menuju puncak gunung tertinggi ke tiga di Indonesa itu. Dan kami memilih untuk mendaki puncak Rinjani lalu ke Segara Anak. Namun tentu kita harus membangun tenda terlebih dahulu. Sebab, untuk mencapai keduanya perlu waktu berjam-jam disertai fisik yang bugar. Tapi tenang, di sana kita tidak perlu khawatir akan kekurangan air, sebab di Pelawangan terdapat pancuran air gunung super segar.

Setelah membangun tenda, Tim Pena Rinjani mulai memasak nasi dan lauk. Nasi, kopi dan makanan ringan lainnya disantap bersama dengan rasa kekeluagaan. Malam semakin larut, kami pun mengambil tempat tidur. Tidur terasa sangat nikmat saat tubuh memberontak kelelahan.

Karena terlalu nyenyak, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 01.00 wita. Ini adalah wktu yang tepat untuk memulai perjalanan ke Puncak (summit attack). Kami pun kembali mempersiapkan diri. Perjalanan menuju puncak tidak perlu membawa apa pun kecuali air minum, sedikit snack dan senter atau alat penerang sejenisnya. Sementara barang-barang ditinggalkan di dalam tenda. Tapi ingat, tenda harus di tutup rapat, karena monyet di Pelawangan tergolong banyak. Tak jarang rombongan monyet tersebut mengambil barang-barang dan makanan pengunjung.

Setelah merasa siap, perjalanan menuju Puncak pun kami mulai bersama puluhan pendaki lainnya. Ya, di sini lah puncak tantangan Gunung Rinjani. Perjalanan dari Pelawangan mulai dihadapkan pada tanjakan-tanjakan yang curam dan berdebu. Medan menuju Puncak yakni berupa pasir, batu dan tanah. Nafas terasa sesak saat kita menemukan jalur dengan kemiringan 70 derajat disertai debu yang terus masuk ke hidung.

Di tengah perjalanan beberapa pendaki lainnya tak kuat dan terpaksa kembali ke Pelawangan. Ada juga yang keram, menangis bahkan muntah karena kelelahan. Sungguh, perjalanan menuju Puncak tak pernah terbayang di benak kami akan seperti itu. Namun semua rasa lelah kami terbayar saat kami tiba di Puncak Gunung Rinjani 3.726 Mdpl pada pukul 05.50 wita. Waktu tempuh yang sangat panjanag untuk pemandangan yang sempurna. Fajar di pagi itu seolah menyematkan kami sebagai traveler sejati.
Tim Pena Rinjani mengabadikan momen di Puncak Rinjani 3.726 Mdpl
Setelah menikmati puncak Rinjani dan berfoto, kita tidak bisa larut dalam pesonanya. Selepas jam 08.00 wita, tim pun turun. Dan sebaiknya pada pukul 08.00-09.00 kita sudah kembali ke Pelawanga karena angin akan sangat kencang bersamaan dengan semakin tingginya matahari. Untuk turun ke Pelawangan tidak membutuhkan waktu lama. Dengan berlari kecil kita bisa menempuh waktu sekitar satu jaman.

Setelah kami tiba di Pelawangan, perjalanan kami lanjutkan turun ke Danau Segara Anak. Dari Pelawangan ke Segara Anak berjarak sekitar 3 km dan bisa ditempuh sekitar dua jam. Di Danau Segara Anak waktu terasa sengakat, sebab terdapat keasikan sendiri. Bagi anda pencinta mancing, Danau Segara Anak adalah spot yang tepat. Di sana dipenuhi oleh ikan-ikan jenis carper dan mujair dengan ukuran cukup besar. Anda bisa membakar ikan bersama teman-teman sambil minum kopi di pinggir danau.
Beberapa pengunjung sedang memancing sembari minum kopi, menikmati sore di pinggir Danau Segara Anak
Gunun Baru Jari atau dalam bahasa Indonesia berarti Gunung Baru Jadi yang berada tepat di tengah danau menambah kesempurnaan pemandangan. Meski Gunung Bari Jari sangat aktif dan sering menyemburkan abu vulkanik. Tapi tenang, petugas TNGR tidak akan membuka pendakian jika status Gunung Baru Jari dalam kondisi berbahaya atau waspada.

Selain itu, tak jauh dari Danau, kita bisa melihat beberapa gua seperti Gua Susu dan gua lainnya. Ada juga sumber mata air belerang. Mata air ini dikenal mistis dan biasa digunakan masyarakat Sasak untuk mencuci senjata-senjata pusaka. Selain itu terdapat pemandian Air Kalak, membentuk kolam-kolam kecil yang mempunyai suhu panas yang berbeda-beda. Jika kita ingin berendam, tinggal pilih. Tak hanya berfungsi sekedar menyegarkan badan, Air Kalak juga menjadi tujuan untuk berobat. Seperti obat kulit, membersihkan badan dari ilmu jahat dan fungsi mistis lainnya. Tapi itu kembali kepada kepercyaan masing-masing.

Itulah pesona wisata Gunung Rinjani. Banyak orang mengatakan, anda belum sah menjadi petualang sejati sebelum menginjakkan kaki di Gunung Rinjani. Namun demikian, masih banyak infrastruktur yang perlu dibenahi oleh pemerintah, jika Rinjani ingin selalu dikenal abadi. Kesadaran pengunjung untuk tidak merusak alam,tidak membuang sampah sembarang dan menjaga fasilitas umum juga harus ditingkatkan. Akhirnya, setelah menempuh perjalanan selama empat hari, Tim Pena Rinjani berasil menaklukkan Gunung Rinjani dan kembali dengan selamat. Lalau anda kapan?

AHMAD YANI


Postingan populer dari blog ini

Kaki Neraka Di Sudut Kamar

Desember 2013   Sebaris kenangan tersimpan dalam ruang penuh sesak Sentuhan lembut melahirkan sejarah, mengancam mimpi-mimpi indah Suara tangis menjadi hiburan dalam waktu Rasa malu berlahan musnah tak berjejak Kini, seluruh nyanyian terdengar sumbang Sempurna, sebuah penyesalan menjanjikan neraka di akhir cerita “hahahaha……” Suara tawa hanya tergores dalam kertas tak berwarna   Met

Menimbang Rasa

Kisah lamamu menjadi nanah dalam jiwaku. Memori yang coba kau putar kembali, seolah menjadi luka dalam yang tak mungkin terobati dan sampai kapan pun senantiasa membekas lara. Masa depan seolah tertutup kabut masa lalu. Hingga dengan bangga dan bahagia kau sebut ia pemekar lalumu. Aku tak kan pernah lupa hari itu. Apalagi pemancing-pemancing handal terus mengulur benang dan memasang umpan. Kelak entah kapan. Saat jiwa - jiwa sadarmu menunjuk jalan. Di saat hati ini menempatkan pemilik baru. Saat itulah kau akan sadar bagaimana rasanya menjadi masa depan yang terabaikan. Kalimat parauku bukanlah sekelumit do'a, melainkan sebuah jalan tengah ketika kau ingin bahagiamu tak lagi kulengkapi. Oleh : Mar'atun Solihah

NW Ayo Bersatu