Penarinjani.com - Gempa bumi dengan kekuatan 6.4 SR telah mengguncang Lombok
beberapa hari lalu. Efek dari musibah
tersebut menelan belasan korban meninggal dunia dan ratusan luka parah. Tak
hanya itu, gempa juga merusak ratusan rumah. Lebih parah lagi, puluhan sekolah
rusak parah hingga rata dengan tanah.
Menanggapi kejadian tersebut, Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Lombok Timur (Dikbud Lotim) tak tinggal diam. Sejak hari kejadian,
pihak Dikbud langsung terjun ke lapangan untuk meninjau beberapa sekolah yang
rusak.
Kabid Dikdas pada Dikbud Lotim, Muhir |
Kepala Bidang Pendidikan Dasar (Dikdas) Dikbud Lotim, Muhir,
mengatakan, dinas Dikbud berupaya secepat mungkin untuk menanggulangi musibah yang
terjadi. Kerusakan sekolah terparah berada di kecamatan Sambelia. Akibat kejadian tersebut, banyak murid diketahui terauma berat
sehingga mereka takut untuk kembali bersekolah.
"Oleh sebab itu kami
cetuskan program Back To Scholl Again," terang Muhir ditemui wartawan di ruang
kerjanya, Kamis, 01/08/2018.
Bekerjasama dengan pihak terkait, program Back To
School Again (kembali ke sekolah) diharapkan mampu mengobati trauma ratusan
murid terhadap kejadian gempa lalu. Sehingga murid diharapkan tidak takut
kembali mengikuti Proses Belajar Mengajar (PBM).
“Sebab kekayaan abadi adalah pendidikan,” pungkasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, Dikbut Lotim terus berupaya
membangun mental murid agar kembali bersekolah. Dikbud Lotim juga membangun
kelas sementara agar PBM tetap berjalan seperti semula. Pihaknya terus meninjau sejumlah sekolah yang rusak parang dan ringan agar bisa dilakukan upaya dini dan upaya lanjutan.
Lanjut Muhir, sebagai bentuk kepedulian Tri Rismaharini, Walikota Surabaya, ikut serta memberikan sumbangsihnya pada sekolah yang terkena musibah gempa.
"Dalam waktu dekat kami juga berupaya turun ke lapangan
untuk melakukan Trauma Healing pada murid korban gempa," kata Muhir. "Dan nantinya pada
saat turun ke lapangan semua mobil dinas Dikbud Lotim akan ditulis Back To
School Again," tambah pria pencinta budaya Sasak itu.
Ahmad Yani