Langsung ke konten utama

Nama BIL ke ZAM, Netizen : 2019 Bisa Diganti


Penarinjani.com - Berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KP 1421 tahun 2018, Bandara Inernasional Lombok (BIL) diganti menjadi Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (ZAM).

Tak pelak, perubahan nama bandara yang berdiri kokoh di tanah wisata eksotis itu menjadi perbincangan hangat mulai dari politikus hingga para netizen.

Banyak yang bersyukur dengan perubahan namanya, namun tak jarang yang menolak. Mereka yang menolak merasa nama BIL sudah pantas dan susah dilupakan. BIL juga dirasa cukup gampang diingat termasuk oleh para touris yang sering berwisata di Lombok.

Ada juga netizen yang berkomentar nyeleneh menanggapi perubahan nama bandara itu. "Nanti 2019 ganti presiden bisa diganti," komentar netizen dengan akun Alino.

Berbeda dengan akun Oyiq, ia lebih akrab menyebut nama BIL. "Saya orang Lotim walaupun namanya diganti tapi lebih akrab nyebut bandara dengan BIL," komentarnya.

Namun banyak juga menganggap perubahan nama BIL ke ZAM sudah pantas. Selain bentuk penghormatan terhadap TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) sebagai Pahlawan Nasional. Nama itu juga diharapkan bisa membawa berkah bagi Lombok yang dikenal dengan julukan pulau seribu masjid tersebut.

"Rese banget apapun namanya kan gak jadi masalah, apalagi itu nama pahlawan nasional seharusnya bangga," komentar
Thyfani Luthfiana Saliem, pada salah satu postingan di media sosial terkait perubahan nama bandara itu.

"Syukurlah, merasa sangat bangga nama bandara itu diambail dari nama guru kami tercinta," tambah pemilik akun Edhot Unyu Unyu.

Ahmad Yani

Postingan populer dari blog ini

Kaki Neraka Di Sudut Kamar

Desember 2013   Sebaris kenangan tersimpan dalam ruang penuh sesak Sentuhan lembut melahirkan sejarah, mengancam mimpi-mimpi indah Suara tangis menjadi hiburan dalam waktu Rasa malu berlahan musnah tak berjejak Kini, seluruh nyanyian terdengar sumbang Sempurna, sebuah penyesalan menjanjikan neraka di akhir cerita “hahahaha……” Suara tawa hanya tergores dalam kertas tak berwarna   Met

Menimbang Rasa

Kisah lamamu menjadi nanah dalam jiwaku. Memori yang coba kau putar kembali, seolah menjadi luka dalam yang tak mungkin terobati dan sampai kapan pun senantiasa membekas lara. Masa depan seolah tertutup kabut masa lalu. Hingga dengan bangga dan bahagia kau sebut ia pemekar lalumu. Aku tak kan pernah lupa hari itu. Apalagi pemancing-pemancing handal terus mengulur benang dan memasang umpan. Kelak entah kapan. Saat jiwa - jiwa sadarmu menunjuk jalan. Di saat hati ini menempatkan pemilik baru. Saat itulah kau akan sadar bagaimana rasanya menjadi masa depan yang terabaikan. Kalimat parauku bukanlah sekelumit do'a, melainkan sebuah jalan tengah ketika kau ingin bahagiamu tak lagi kulengkapi. Oleh : Mar'atun Solihah

NW Ayo Bersatu